Halo, sobat Apa kabar? Semoga sehat dan bahagia selalu ya. Kali ini, kita akan membahas tentang salah satu isu yang lagi hangat di dunia ekonomi dan lingkungan, yaitu usulan Pertamina untuk menghapus pertalite dan beralih ke biofuel ramah lingkungan. Apa sih biofuel itu? Apa alasan Pertamina mengusulkan hal ini? Apa dampaknya bagi konsumen, produsen, dan lingkungan? Apa pro dan kontra dari usulan ini? Yuk, kita simak bersama-sama!
Apa itu Biofuel?
Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari sumber organik yang dapat diperbaharui, seperti tanaman, hewan, atau limbah. Biofuel dapat digunakan sebagai pengganti atau campuran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara, atau gas alam. Biofuel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan bakar fosil, antara lain:
- Biofuel lebih ramah lingkungan, karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah.
- Biofuel lebih terjangkau, karena tidak bergantung pada harga minyak dunia yang fluktuatif.
- Biofuel lebih mandiri, karena dapat diproduksi secara lokal dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
Biofuel dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung pada bahan baku dan proses pembuatannya. Beberapa contoh biofuel adalah:
- Biodiesel: bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati atau hewani yang dicampur dengan alkohol. Biodiesel dapat digunakan untuk mesin diesel tanpa perlu modifikasi.
- Bioetanol: bahan bakar yang terbuat dari fermentasi gula atau pati yang terkandung dalam tanaman seperti tebu, jagung, atau singkong. Bioetanol dapat digunakan untuk mesin bensin dengan modifikasi ringan atau campuran dengan bensin.
- Biogas: bahan bakar yang terbuat dari dekomposisi anaerobik (tanpa oksigen) bahan organik seperti kotoran hewan, sampah organik, atau limbah pertanian. Biogas dapat digunakan untuk mesin gas atau pembangkit listrik.
Mengapa Pertamina Mengusulkan Penghapusan Pertalite?
Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas negara yang bertanggung jawab atas penyediaan dan distribusi bahan bakar di Indonesia. Salah satu produk Pertamina adalah pertalite, yaitu bensin dengan oktan 90 yang diperkenalkan pada tahun 2015 sebagai alternatif premium dengan harga lebih murah.
Namun, pada akhir Agustus 2023 lalu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengusulkan untuk menghapus pertalite dan menggantinya dengan biofuel ramah lingkungan. Alasan utama dari usulan ini adalah untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi impor minyak mentah dan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Menurut Nicke, pertalite merupakan produk yang tidak efisien dan tidak kompetitif. Pasalnya, pertalite memiliki harga jual yang lebih rendah dari harga beli minyak mentah di pasar internasional. Selain itu, pertalite juga memiliki permintaan yang rendah dari konsumen, karena banyak yang lebih memilih premium atau pertamax.
Nicke menambahkan bahwa biofuel ramah lingkungan memiliki banyak manfaat bagi Indonesia. Selain menghemat devisa negara sebesar Rp 63 triliun per tahun, biofuel juga dapat menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 11 juta ton per tahun. Selain itu, biofuel juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku utama biofuel.

Bagaimana Dampak Usulan Penghapusan Pertalite?
Usulan penghapusan pertalite dan penggantian dengan biofuel ramah lingkungan tentu saja menimbulkan berbagai dampak bagi berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Dampak bagi Konsumen
Dampak bagi konsumen tergantung pada jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan. Bagi konsumen yang menggunakan kendaraan bermesin bensin, mereka harus menyesuaikan dengan bahan bakar baru yang memiliki kandungan etanol. Etanol adalah salah satu jenis biofuel yang dicampur dengan bensin untuk meningkatkan oktan dan mengurangi emisi.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), campuran etanol dan bensin yang akan diterapkan di Indonesia adalah sebesar 10% (E10). Artinya, setiap liter bensin akan dicampur dengan 0,1 liter etanol. Campuran ini diklaim aman bagi mesin kendaraan, asalkan dilakukan perawatan rutin dan penggantian filter bahan bakar.
Namun, ada juga beberapa kendala yang mungkin dihadapi oleh konsumen, antara lain:
- Ketersediaan etanol yang masih terbatas, sehingga dapat menyebabkan kelangkaan atau kenaikan harga bahan bakar.
- Kualitas etanol yang belum terstandarisasi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan mesin atau penurunan performa kendaraan.
- Perbedaan spesifikasi mesin antara kendaraan lama dan baru, sehingga dapat mempengaruhi kompatibilitas dan efisiensi bahan bakar.
Bagi konsumen yang menggunakan kendaraan bermesin diesel, mereka dapat beralih ke biodiesel yang memiliki kandungan minyak sawit. Minyak sawit adalah salah satu jenis biofuel yang dicampur dengan solar untuk meningkatkan cetane dan mengurangi emisi.
Menurut Kementerian ESDM, campuran minyak sawit dan solar yang akan diterapkan di Indonesia adalah sebesar 30% (B30). Artinya, setiap liter solar akan dicampur dengan 0,3 liter minyak sawit. Campuran ini diklaim aman bagi mesin kendaraan, asalkan dilakukan penyesuaian teknis dan penggunaan aditif.
Namun, ada juga beberapa kendala yang mungkin dihadapi oleh konsumen, antara lain:
- Ketersediaan minyak sawit yang masih bergantung pada faktor cuaca, pasar, dan kebijakan.
- Kualitas minyak sawit yang belum terstandarisasi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan mesin atau penurunan performa kendaraan.
- Perbedaan spesifikasi mesin antara kendaraan lama dan baru, sehingga dapat mempengaruhi kompatibilitas dan efisiensi bahan bakar.
Dampak bagi Produsen
Dampak bagi produsen tergantung pada jenis usaha dan produk yang dihasilkan. Bagi produsen minyak dan gas, usulan penghapusan pertalite dan penggantian dengan biofuel ramah lingkungan dapat berdampak positif maupun negatif.
Dampak positifnya adalah:
- Produsen minyak dan gas dapat menghemat biaya produksi dan distribusi bahan bakar fosil, karena tidak perlu mengimpor minyak mentah dari luar negeri.
- Produsen minyak dan gas dapat meningkatkan nilai tambah produknya, karena dapat memproduksi biofuel dari sumber daya alam lokal.
- Produsen minyak dan gas dapat mendukung program pemerintah dalam mencapai target energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.
Dampak negatifnya adalah:
- Produsen minyak dan gas harus beradaptasi dengan perubahan permintaan pasar, karena konsumen mungkin lebih memilih biofuel daripada bahan bakar fosil.
- Produsen minyak dan gas harus bersaing dengan produsen biofuel lainnya, baik lokal maupun internasional.
- Produsen minyak dan gas harus memenuhi standar kualitas biofuel yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga sertifikasi.
Bagi produsen biofuel, usulan penghapusan pertalite dan penggantian dengan biofuel ramah lingkungan tentu saja berdampak positif. Beberapa dampak positifnya adalah:
- Produsen biofuel dapat meningkatkan kapasitas produksi dan penjualan produknya, karena permintaan pasar akan meningkat.
- Produsen biofuel dapat meningkatkan kualitas produknya, karena harus memenuhi standar kualitas biofuel yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga sertifikasi.
- Produsen biofuel dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan sebagai pemasok bahan baku utama biofuel, seperti kelapa sawit, tebu, jagung, atau rumput laut.
- Produsen biofuel dapat mendukung program pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Dampak bagi Lingkungan
Dampak bagi lingkungan tergantung pada jenis dan sumber biofuel yang digunakan. Secara umum, biofuel lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil, karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah. Selain itu, biofuel juga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi, batu bara, atau gas alam.
Namun, biofuel juga memiliki beberapa dampak negatif bagi lingkungan, antara lain:
- Penggunaan lahan yang berlebihan untuk menanam tanaman penghasil biofuel, seperti kelapa sawit, tebu, atau jagung. Hal ini dapat menyebabkan deforestasi, kehilangan habitat, atau konflik sosial.
- Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk meningkatkan produktivitas tanaman penghasil biofuel. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air, tanah, atau udara.
- Penggunaan air yang berlebihan untuk mengairi tanaman penghasil biofuel. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan, banjir, atau konflik sumber daya.
Apa Pro dan Kontra dari Usulan Penghapusan Pertalite?
Usulan penghapusan pertalite dan penggantian dengan biofuel ramah lingkungan tentu saja menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa pro dan kontra yang sering muncul:
Pro
- Usulan ini dapat menghemat devisa negara sebesar Rp 63 triliun per tahun, karena tidak perlu mengimpor minyak mentah dari luar negeri.
- Usulan ini dapat menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 11 juta ton per tahun, karena mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang lebih polutan.
- Usulan ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan sebagai pemasok bahan baku utama biofuel, seperti kelapa sawit, tebu, jagung, atau rumput laut.
- Usulan ini dapat mendukung program pemerintah dalam mencapai target energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.
- Usulan ini dapat meningkatkan nilai tambah produk minyak dan gas negara, karena dapat memproduksi biofuel dari sumber daya alam lokal.
Kontra
- Usulan ini dapat menyebabkan kelangkaan atau kenaikan harga bahan bakar, karena ketersediaan dan kualitas biofuel masih terbatas.
- Usulan ini dapat menyebabkan kerusakan mesin atau penurunan performa kendaraan, karena perbedaan spesifikasi mesin antara kendaraan lama dan baru.
- Usulan ini dapat menyebabkan deforestasi, kehilangan habitat, atau konflik sosial, karena penggunaan lahan yang berlebihan untuk menanam tanaman penghasil biofuel.
- Usulan ini dapat menyebabkan pencemaran air, tanah, atau udara, karena penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk meningkatkan produktivitas tanaman penghasil biofuel.
- Usulan ini dapat menyebabkan kekeringan, banjir, atau konflik sumber daya, karena penggunaan air yang berlebihan untuk mengairi tanaman penghasil biofuel.
Kesimpulan
Usulan penghapusan pertalite dan penggantian dengan biofuel ramah lingkungan adalah salah satu langkah strategis yang diambil oleh Pertamina untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi impor minyak mentah dan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Usulan ini memiliki banyak manfaat, baik bagi konsumen, produsen, maupun lingkungan. Namun, usulan ini juga memiliki banyak tantangan, baik dari segi teknis, ekonomis, maupun sosial. Oleh karena itu, usulan ini membutuhkan kajian yang mendalam dan partisipasi yang luas dari semua pihak yang terkait.
Demikian artikel yang bisa saya buat tentang pro dan kontra usulan penghapusan pertalite dan penggantian dengan biofuel ramah lingkungan. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu. Jika kamu punya pendapat, saran, atau komentar tentang topik ini, silakan tulis di kolom komentar ya. Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Tags: pertalite, biofuel, pertamina, energi baru terbarukan, lingkungan